People

A Song for Muthia

Dunia ini terasa lebih bermakna berkat lagu. Salah satu lagu yang membuat saya tersadar adalah lagunya Sting, My Funny Friend and Me. Lagu ini original sountrack film animasi Emperor's New Groove. Sting menciptakan lagu ini persis seperti kisah film tersebut. Tentang seseorang bernama Kuzco yang menyebalkan, sombong, merasa pintar sendiri, dan akhirnya dibenci orang sekitarnya. Namun seorang kenalannya bernama Pacha tetap menemaninya, bersabar memahaminya, menghadapinya, dan mengajarinya menjadi orang yang lebih baik. Kuzco sadar kesombongannya selama ini. Ia pun merasa beruntung sekali masih memiliki Pacha sebagai teman sejatinya.

Lirik lagu Sting dari kisah ini mengingatkan saya, bahwa dulu di saat semua teman-teman saya meninggalkan saya karena kesalahan saya, ada satu yang tetap tinggal, memahami, dan mengajari saya dengan kesabarannya. Sekarang saya menjadi orang yang lebih baik berkatnya. Terima kasih Muthia, lagu ini

In the quiet time of evening When the stars assume their patterns And the day has made his journey And we wondered just what happened To the life we knew before the world changed When not a thing I held was true But you were kind to me and you reminded me That the world is not my playground There are other things that matter And when a simple needs protecting My illusions all would shatter But you stayed in my corner The only world I know was upside down And now the world and me, we know you'll carry me

You see the patterns in the big sky Those constellations look like you and I Just like the patterns in the big sky We could be lost we could refuse to try But we made it through in the dark night Would those lucky guys turn out to be But that unusual blend of my funny friend and me

I'm not as clever as I thought I was I'm not the boy I used to be because You showed me something different, you showed me something pure I always seemed so certain but I was really never sure But you stayed and you called my name When others would have walked out on a lousy game And you could've made it through But your funny friend and me

You see the patterns in the big sky Those constellations look like you and I That tiny planet in a bigger guy I don't know whether I should laugh or cry Just like the patterns in the big sky We'll be together till the end is nigh Don't know the answer or the reason why We'll stick together till the day we die If I had to do this all a second time I won't complain or make a fuss When the angels sing that that unlikely blend Are those two funny friends That's us (':

PS: Maybe this is a late birthday gift from me, but again, happy birthday!  

Panti Asuhan Bina Siwi Bantul

Saat kami datang, salah satu dari mereka lari menghampiri kami. Ia mengulurkan tangannya untuk salaman. Di balik pintu, teman-temannya mengintip, lalu memberanikan diri ikut lari mendatangi kami. Sambil tertawa lebar, mereka memberikan tangannya untuk bersalaman, mencium tangan kami, menyapa ramah. Mata mereka cerah.

Salah satu mata cerah itu, 3 tahun lalu, memiliki masa lalu yang tak begitu cerah. Namanya Muryanti. Saat ia masih duduk di taman kanak-kanak, gurunya mengeluhkan Muryanti yang selalu diam di kelas. Bahkan dicubit pun tak bereaksi, tetap diam. Sang guru curiga bahwa Muryanti adalah penyandang tuna wicara. Muryanti menjadi korban bullying oleh teman-teman sekelasnya. Ia semakin membisu. Suatu hari sang guru melaporkan ke pengurus Panti Asuhan Bina Siwi, Ibu Yanti dan Ibu Jumilah, bahwa Muryanti tidak pernah datang ke sekolah selama 3 minggu. Mendapat berita itu, Bu Yanti dan Bu Jum berinisiatif mendatangi rumah Muryanti untuk melihat kabar gadis kecil itu. Betapa kagetnya mereka bertemu Muryanti dengan tubuh penuh borok  yang bau sekali. Kepalanya pun dipenuhi dengan kutu. Muryanti diduga tidak pernah mandi. Saat itu pula mereka menemukan ibu kandung Muryanti yang memang secara mental tidak waras. Di rumah apapun yang dilakukan Muryanti selalu dilarang dan dimarahi ibunya. Biasanya Muryanti hanya diam. Tapi jika tidak tahan ia akan menitikkan air mata, tetap tanpa ekspresi. Ayah Muryanti sudah meninggalkan mereka entah kemana. Sementara nenek buyutnya hanya bisa tidur karena sudah stoke. Satu-satunya yang masih waras adalah neneknya, seorang buruh tani. Kehidupan sehari-hari mereka hanya dari hasil sang nenek memburuh.

Dengan mengandalkan motor, Bu Yanti dan Bu Jum membawa Muryanti. "Nyuwun sewu njih (maaf ya), kalo boleh jujur, maaf, tapi waktu itu sebenarnya saya jijik sekali. Baunya, maaf, bikin muntah. Tapi bagaimana lagi, kami harus tolong dia. Saya gendong dia, pangku dia di motor, lalu Bu Yanti yang membawa motornya," cerita Bu Jum. Muryanti dibawa ke puskesmas untuk mengobati boroknya. Sejak saat itu Muryanti diasuh dan dibina berbagai macam pelajaran untuk seusianya. Sekarang, 2 tahun kemudian, di hadapan saya, gadis berusia 9 tahun itu selalu tersenyum lucu. Ia tak malu memperkenalkan namanya di depan kami. Matanya cerah, wajahnya bahagia. Kata Bu Yanti, dia adalah anak yang rajin dan paling bersih jika menyapu. Ia juga jago menari maupun menyanyi. Suatu hari kami akan ditunjukkan Muryanti menari sambil menyanyi.

Lain lagi dengan Sari. Gadis berusia 25 tahun itu dahulu saat bencana Merapi terjadi, ia ketakutan sekali. Saking takutnya, ia sampai naik bus kota menjauhi rumahnya. Ia pun kesasar. Semua orang mengira dia gila. Ia selalu diusir oleh masyarakat yang melihatnya. Sampai akhirnya polisi membawanya ke Panti Bina Siwi untuk diasuh. Satu tahun berlalu, tak ada kabar dari keluarga Sari. Suatu hari tak sengaja ada yang mengenali Sari lalu melaporkan ke keluarga Sari mengenai keberadaannya. Satu bus dari desa asal Sari mendatangi panti. Mereka senang sekali Sari masih hidup dan sehat. Mereka mengira Sari sudah meninggal. Namun saat Sari hendak diajak pulang, Sari tidak mau. Mungkin karena sudah terbiasa dan banyak temannya, Sari pun hingga sekarang menetap di panti dan selalu dijenguk orang tuanya.

Sari memiliki kebiasaan unik. Jika mandi, air dalam bak mandi harus sampai habis. Bahkan sabunnya pun harus sampai habis. Kalo tidak habis dia belum mau berhenti mandi. "Padahal anak-anak lain pada mau berangkat sekolah, wah judeg (bingung) saya," cerita Bu Jum sambil tertawa. Akhirnya mereka mengakali dengan memberi satu ember air dan irisan kecil sabun mandi khusus untuk Sari. "Setiap anak itu punya karakter dan kelebihan yang berbeda-beda. Jadi kalo ada 26 anak disini, ada 26 karakter, ada 26 masalah. Kami mengakali terus," katanya penuh semangat.

Selain Muryanti dan Sari, ada 24 anak lain yang tinggal di panti. Mereka memiliki latar belakang dan permasalahan yang berbeda. Ada yang epilepsi, down syndrome, korban broken home, yatim-piatu, dll. Dengan banyaknya penghuni panti yang berusia 7 hingga 40 tahun itu, pemerintah membantu mereka dengan rutin menyumbang dana sebesar Rp. 750.000,- per tahunnya. Sumbangan sejumlah itu untuk 26 anak asuh dan ditambah 8 pengurusnya. Beruntung warga Kecamatan Pajangan Bantul sangat baik. Mereka memberikan tanah desa untuk keperluan panti. Warga pun mengumpulkan uang untuk membantu dana membangun gedung panti. Beberapa warga menyumbang batu bata, jendela, hingga keramik. Lantai gedung panti itu pun warna-warni karena berasal dari berbagai macam keramik yang berbeda. "Ini malah lucu, Kenang-kenangan bahwa ini semua dari warga desa sini," kata Bu Yanti bahagia.

Tidak hanya merawat anak belajar kehidupan sehari-hari, Bu Yanti dan Bu Jum juga merawat anak panti mereka untuk belajar mandiri. Mereka mengajari anak panti untuk menjahit, mewarnai batik, dan menjaga kios. Harapan mereka, anak-anak tidak hanya dapat mengurusi diri mereka sehari-hari, namun juga mampu mencari penghasilan. Bu Yanti semangat menunjukkan seragam hasil jahitan anak-anak. Mereka berdua juga langsung mengajak kami ke kios yang mereka bangun untuk mengajari anak-anak berdagang. Kios itu lagi-lagi di atas tanah milik desa dan sumbangan dari warga. Di belakang kios, mereka dengan bangga menunjukkan batik-batik yang sedang diwarnai dengan pewarna alami. Mereka sedang mencoba, dan jika berhasil ingin mengajari anak-anak agar turut membantu dan mencari penghasilan bersama.

Saat saya tanyai, darimana asalnya niat baik semua ini, mereka mengaku dari pendidikan yang mereka terima. Bu Yanti maupun Bu Jum adalah lulusan Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SG PLB). Setelah lulus, tahun 1999 mereka ingin merealisasikan pendidikan yang selama ini mereka terima, maka dibangunlah panti ini.  Sejak 1999 hingga sekarang, anak di panti menambah dan tak pernah berkurang. Tak ada yang mau mengadopsi anak penyandang cacat atau bermasalah. Maka mereka lah yang akan seumur hidup mengurusi anak-anak ini lahir dan batin. Saat bercerita, berulang kali Bu Jum mengatakan rasa syukurnya atas kehadiran kami dan berkali-kali mengucap terima kasih. Mereka tidak merasa, bahwa kitalah yang berhutang budi dan seharusnya berterima kasih atas segala jasanya, mendahulukan kesejahteraan orang lain, di atas dirinya sendiri. Datang, memeluk, membina, dan membesarkan anak-anak asuhnya agar percaya diri menunjukkan diri apa adanya,

Menjelang pulang, mereka masih antusias menceritakan kepada kami tentang batik-batik yang sedang mereka warnai. Mereka tidak sabar untuk mengajari anak-anak asuh mereka. Saya pun berjanji akan menuliskan panti ini di internet, agar panti mereka lebih banyak dikunjungi masyarakat, dan agar masyarakat belajar banyak dari kehidupan mereka. Mereka berbinar-binar dan berulang kali mengucap terima kasih. Tidak, seharusnya kami yang berterima kasih. Terima kasih Ibu Yanti dan Ibu Jum. The world is cruel, but you both showed us we don't have to be.

PS: Tanggal 30 November 2012 ini saya bersama teman saya Bernad Satriani akan mengunjungi panti ini lagi. Jika ada yang ingin menyumbang, baik barang maupun dana, silahkan hubungi kami di contact@dianparamita.com. Terima kasih atas segala perhatian dan bantuannya.

Update:

  • Awal Februari ini saya bersama Fanbul, Ristha, Tonny, Aik, dkk akan mengunjungi panti ini lagi. Jika ada yang ingin menyumbang, baik barang maupun dana, silahkan hubungi kami di contact@dianparamita.com. Terima kasih atas segala perhatian dan bantuannya. :)
  • Sebelum penggalangan dana, sudah terkumpul sumbangan dari beberapa teman dengan total Rp700.000,- :)

Nina's Wedding

Beberapa bulan yang lalu, di suatu restaurant kecil, sahabat saya, Nina, menceritakan tentang laki-laki yang dekat dengannya. Ia seperti bingung saat itu. Bahagia namun belum yakin. Lalu saya katakan padanya,

Umur kita bukan umur mencari pacar lagi. Umur kita umur mencari pasangan hidup. Kita tidak lagi butuh a lover, tapi juga a best friend. Sekarang tanyakan pada hatimu, apakah dia bisa menjadi your part-time-lover and full-time-best-friend?

Nina tersenyum lebar sekali sambil matanya melirik ke atas. Senyumnya yang lucu dan khas. Saya tau, itu ekspresinya yang paling bahagia.

Beberapa bulan kemudian Nina dilamar dan 24 Agustus 2012 ini Nina pun menikah. Ia menikah dengan laki-laki yang selalu ia ceritakan, laki-laki yang ia anggap sahabatnya. Namun saya tidak yakin. Tugas utama seorang sahabat adalah memastikan sahabatnya bahagia. Saya ingin pastikan Nina bahagia. Berkali-kali saya tanyakan pada teman-teman pasangan Nina, "apakah laki-laki ini baik? Dia akan baik kepada Nina kan?" Walau semua jawaban yang saya dapat positif, saya tetap tidak yakin. Saya terus berdoa untuk Nina. Bahkan saat berjalan memasuki masjid tempat akad nikah, saya masih tidak yakin. Saya sangat khawatir. Sampai akhirnya mereka resmi menikah. Saat itu dari kejauhan saya melihat mereka berdiri di tengah para tamu, bertukar cincin, saling memandang, lalu tertawa lebar. Dari kejauhan saya melihat Nina sedang bersama sahabat hidupnya. Saat itu juga hati saya lega.

Thanks God, my Nina is happy. She married her part-time-lover-full-time-bestfriend! Thank you Laksono Kurnianggoro for making my girl so happy. Wishing you both all the happiness to live and grow old together. (:

52 Tahun Ibuku

Kebanggaan dalam hidupku adalah ibuku. Aku selalu menceritakan kepada siapapun mengenai sosoknya. Bagaimana ia sangat menyayangiku, mengertiku, menghiburku, dan melindungiku. Namun ternyata orang lain pun begitu, menceritakan sosoknya. Bagaimana ibu sangat menyayangi, mengerti, menghibur, dan melindungi mereka. Mereka menyebutku beruntung. Bahkan jika binatang dan tumbuhan bisa berbicara, aku yakin mereka akan berkata yang sama.

Pernah aku menemaninya mengajar. Di siang hari yang panas, Ibu menghibur mereka dengan gurauannya. Ibu terlihat sangat bodoh sekali di depan kelas. Seperti seorang stand-up comedy. Seluruh kelas tertawa terbahak-bahak. Begitu juga denganku. Di rumah dan di kelas ia sama saja, tampil bodoh untuk membuat orang lain tertawa. Selesai mengajar, banyak yang menghampirinya. Mereka mengobrol dan saling bergurau. Maka setiap aku bertemu dengan mahasiswanya, mereka selalu berkata, "anaknya Ibu Noor? Wah ibu itu orangnya baik dan lucu sekali! Dia dosen favoritku. Beruntung sekali memiliki ibu sepertinya."

Pernah aku mengantarkannya ke kantornya. Ibu memarahiku jika tidak membuka jendela mobil saat melihatkan kartu parkir kepada satpam kantornya. Katanya tidak sopan tidak membuka jendela. Katanya aku harus menghormati mereka. Ia juga selalu terlihat tersenyum-senyum walau sedang berjalan sendirian. Para petugas kebersihan dan karyawan kantornya pun menjadi tak ragu untuk berhenti jika melihatnya, mereka menyapa lalu mengobrol sebentar dengan ibu. Maka setiap bertemu dengan karyawan, satpam, atau penjual di kantin di kantornya, setiap aku mengatakan aku anaknya, mereka langsung tersenyum cerah. Ibu terkenal ramah. Mereka merasa sangat dihormati ibu. Dalam hati aku bersyukur, aku orang yang beruntung.

Pernah ibu meminjam sepatu rodaku. Ia tampil bodoh berseluncur dengan sepatu roda di dalam rumah. Namun tiba-tiba ia menjatuhkan diri. Kita semua kaget. Kenapa menjatuhkan diri? Ternyata dia menghindari semut lewat. Pernah juga ia merasa iba terhadap semut-semut di rumah yang membawa potongan kuku. Katanya, "aduh kasihan sekali. Kuku saja dimakan." Lalu ia menyebarkan gula di halaman belakang, untuk memberi makan semut-semut itu. Ada juga beberapa kali aku memergoki ia berbicara dengan daun-daun di halaman depan. Ia bilang pada daun itu agar mereka jangan mati, Ibu sedang berusaha membuatnya tumbuh. Beberapa orang memandang ibu gila. Ia dipandang aneh dalam memperlakukan binatang dan tumbuhan. Tapi yang aneh tak selalu buruk. Aku sangat bangga pada semua kelakuan anehnya. Aku orang yang beruntung bisa mempelajari semua pandangan-pandangannya yang gila.

Pernah ia menasehatiku, bahwa ia tak akan mempermasalahkan dengan siapa aku menikah nanti asalkan aku  bisa mencari nafkah untuk diriku sendiri dan anakku nanti. Ia juga pernah menasehatiku agar aku selalu bisa menghibur diriku sendiri. Agar aku selalu tulus menjadi orang baik. Agar selalu young at heart. Mungkin itu sebabnya ia menjadi orang yang  sangat mandiri, selalu bahagia, terkenal baik, dan awet muda walaupun hari ini umurnya sudah menginjak 52.

Dari segala macam cerita dan pengalamanku bersama ibu, aku menjadi heran. Aku tak tau kenapa dari sekian banyak orang, Tuhan memilihku untuk menjadi orang yang paling beruntung di dunia memiliki ibu sepertinya. Selamat ulang tahun, Ibuku. Aku dan dunia mencintaimu.

PS: Hadiah ulang tahun dariku dan Mas Herman: http://noorrahmani.com Semoga bisa menjadi media untuk menyebarkan kasih sayang dan ide gila!

Mbak Rully


Mbak Rully and my lazy cats.

She 100% loves to cook and we are 10.000% love what she cooked.
She loves our cats and my cats love her more than they love me!
She loves to buy us good food and we love to buy her good things.
She loves to hear my jokes and I love to hear her story.
She loves us (I think) and that's because she knows we love her.

Her name is Mbak Rully. Even she's 50 years old, I call her "Mbak", which it means she's younger than her age. She work at my house as a mother. Haha. She cook, cleans, buys grocery, and taking care our cats with lot's of love. She do most everything what my family need to.

When Idul Fitri came, she went back to her village. We are too damn affraid if she never came back to our house again.

But tada! She came back! Bought us lot's of good food and a big smile. We're all very pleased to see her back. Even my cats look very happy that time when we saw her standing infront of our house.

Well, usualy people call her maid, but I prefer to call her my family.
I love her very much and I want people to know that, including her.

Boediono

Boediono and his bizzare students.

He's a genius.
He studied at University of Western Australia, for his Bachelor of Economics; Monash University Australia, for his Master of Economics; University of Pennsylvania USA, for his Ph.D; and Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, for his title as professor.

He's "a hawk on inflation".
He succeeded in reducing Indonesian inflation from 17% to 5%!

He's one the most influential people in Asia.
His success means alot for the economy in Asia.

He's the Koordinator Bidang Perekonomian Minister.
He helps Indonesian economy in fiscal and monetary problems.

He's the Governor of Bank Indonesia this May 2008.
He leads this central bank of our country until 2013.

And he's my lecturer :)
Never absent, never comes late, never dissapointed his unknown-student, even he have to teach every Saturday!

Pak Boediono, you're the best.

P/S: Thank you for letting me taking your photograph even you are in a hurry. But hey, like I said to you, I've done my post about you :)

Why This World Is Not Fair?

Aileen Wuornos

I still couldn't understand if I have to say, God is fair.

There's a lucky girl name Paris Hilton, who is beautiful and rich. Her grandfather was the Hilton Hotel founder. She travels around the world everyday for fun. She has a lot of friends who willing to spend the day with her. She has a family who love her very much. She has everything that girls ever wish of. She is lucky.

But there's an unlucky girl named Aileen Wuornos. Ever heard of her? Her unlucky life story was filmed in a movie called Monster, starring Charlize Theron as Aileen.

Her parent was her grandparent because her real parent never raise her. Her grandfather physically and sexually abused her as a child and her grandmother was an abusive alcoholic. She's pregnant in the age of 14 and claimed to have had sex with multiple partners, including her own brother. She began to work as a prostitute while still in school. Even she's not ugly, but she's not a goodlooking girl. So that is why many people around her never respect her. But then she met this lesbian girl name Tyria Moore. Tyria Moore was the only one who respected her, that's why Wuornos were very in love with her, eventho Wuornos claimed she's not a lesbian before. To support herself and Moore's daily needs, she work as a prostitute. But one day, one of her client was torturing her. So she killed him and stole his money. Then she relized, by killing her client, she can get more money without having sex with them. That's why she began kliing her clients and be a serial klller. When the police found her then arrested her, Wuornos claimed she was rapped and it was a self-defense. But in the courthouse, Moore said that Wuornos never told her about she being rapped. That's why Wuornos gets a death penalty in 2001 with lethal injection. Her last words were "I'd just like to say I'm sailing with the Rock and I'll be back like Independence Day with Jesus, June 6, like the movie, big mother ship and all. I'll be back."

I cannot finish watching this movie. It's too hard for me to relize that, there was a very unlucky girl who ever lives in this planet. So should I say God is fair?