Hello There, I'm Back

Sejak Ahok dipenjara, saat itulah saya malas membaca berita, malas dengan politik, malas memikirkan negara. Padahal sejak kecil diskusi mengenai sosial politik negara adalah hobi yang membakar semangat hidup saya. Namun sejak Ahok dipenjara, saya muak. Saya memilih tidak tau apa-apa.

Saya bukan fans Ahok, karena sepertinya menjadi fans artinya akan buta, mendewakannya seakan dia tak punya salah, mendukungnya tanpa mau mengkritiknya. Saya tidak mau menjadi fansnya, karena saya tahu kekurangan Ahok dan beberapa kebijakkannya tidak saya dukung.

Namun dia orang baik. Dia juga pemimpin yang terbaik yang pernah saya rasakan. Dia terbukti membuat perubahan yang berarti bagi seluruh rakyatnya, mau untuk si kaya maupun untuk wong cilik. Jadi wajar saja jika kita bersedih, mengapa orang seperti dirinya harus dihukum atas ucapannya yang tidak salah? Wajar saja kita belum bisa move-on, karena ada ketidakadilan yang nyata di depan mata, ketidakadilan yang mengorbankan orang baik, tapi kita tak bisa berbuat apa-apa. Hati nurani serasa diinjak-injak dan rakyat yang selama ini dikenal kuat itu akhirnya menjadi powerless. Saya pun memilih untuk membentengi diri dari pembahasan politik.

Setahun waktu yang lama untuk memahami bagaimana rasanya hidup tanpa peduli politik, hanya memikirkan diri sendiri: bekerja, hang-out, berlibur, belanja, membaca novel, hingga pergi tidur sambil memikirkan banyak hal selain negara. Bapak dan ibu saya sering membahas politik dan saya selalu meminta mereka untuk tidak membahasnya di depan saya. Selama setahun ini saya menikmati kehidupan itu.

Tapi itu bukan saya. Setelah setahun saya paham, saya tidak merasa hidup jika tidak mempedulikan apa yang ada di sekitar saya, apa yang terjadi di negara ini. Rasanya aneh dan kosong. Tahun ini saya ingin peduli lagi, bersuara lagi, menulis lagi, dan berbuat sesuatu lagi. Walaupun itu semua bisa membuat saya tidak bisa tidur saking muaknya dengan kelakuan para politikus, namun itu adalah saya. Dan menjadi diri sendiri adalah hal yang ternyaman dalam hidup ini. So hello there, I'm back.

Yoel.jpeg

PS: Thank you, Yoel. Your comment always gives me spirit to write again.

That Day When I Bullied Someone

When I was still in kindergarten, one of my best friend is the daughter of the school janitor. She and her family lived in the school and the school was close to my house. We were not just school mates but also good neighbors.

One day I was playing with her at my house. I am not sure what happened before but I shouted at her, “you are poor!” My grandma who was there sitting next to me were very shocked. She immediately took me and my friend to my friend’s house and met her family. Grandma asked for apology to them and explained how worried she was if I ever said things like that to them when she's is not around me. She also explained that this is not how she raised me and that is why she asked me to apologies to them one by one. Then we walked home.

On our way home, she held my hand and slowly told me that she wants me to be a person who treat people with respect, care, and kindness no matter what their background are. Oh Grandma, I will never forget that. It is a powerful lesson for me as a young kid and gave a huge impact in my adult life.

I just want to let the world knows that I have a wonderful grandmother and I love her so much.

My 2 Favorite Things in Life: My Best Friend & Food!

Saya tidak pernah merasa seberuntung ini. Beberapa hari yang lalu, saya sedang di Jogja. Saat itu saya sedang kelaparan setengah mati tetapi tidak ada makanan di rumah. Saya juga tidak dapat pergi keluar membeli makanan karena semua kendaraan dipakai orang tua saya. Tanpa sedikitpun tau keadaan saya, tiba-tiba sahabat saya Muthia menelpon saya mengabarkan kalo dia mengirimkan lasagna ke rumah! Siang itu, dua hal yang saya sangat cintai di dunia ini membuat saya bahagia.

Muthia mengirimi saya makanan walaupun dia sedang berada di Jakarta dan saya di Jogja. Tetapi ia tidak hanya baik kepada saya, namun juga temannya yang lain. Ia membeli lasagna dari temannya yang baru membuka usaha lasagna baru, lalu ia ikut melariskan dengan membelinya, lalu mengirimkan untuk saya! Jadi ia membuat bahagia 2 temannya sekaligus. (:

Saya tidak mau kalah. Seperti saya, Muthia juga sangat mencintai makanan. Maka saya juga ingin memberikan kejutan untuknya, yaitu mengirimkan makanan. Walaupun dia di Jakarta dan saya di Jogja, saya bisa membelikan ia makanan kesukaannya melalui http://foodpanda.co.id

Read More

God Is Always Near Me

Jumat lalu saya harus memutuskan pergi ke Jakarta esok paginya. Karena terlalu mendadak, tak ada yang bisa menjemput saya di bandara. Padahal dari bandara saya harus pergi ngeprint, ke Pondok Indah Mall mengurus sesuatu, lalu ke Cinere untuk mengambil sesuatu. Saya sebal sekali membayangkan harus naik Damri, lalu turun di jalan raya, kemudian dilanjutkan naik taksi.

Masih dalam keadaan sebal, saya menonton acara Kick Andy yang mewawancarai Ahok. Di akhir acara, ada sebuah testimoni dari seorang Bapak tukang sapu Jakarta bernama Pak Muhamad Yakub. Pak Yakub bercerita bahwa dahulu gajinya hanya 600 ribu rupiah, namun setelah pemerintahan Jokowi-Ahok, sekarang gajinya menjadi 2,4 juta rupiah.

Di akhir testimoninya, dengan ceria Pak Yakub berkata,

 

"Dulu kalo kerja saya jalan kaki. Sekarang alhamdulillah saya bisa naik angkot."

 

Oh my God, that's a slap in the face. Oh God, I am so sorry.... :(

If You Hate Them, Don't Act Like Them

Saya pernah punya teman yang selalu mengejek saya jelek dan gendut. Jika ada cowok yang tidak ganteng, dia selalu bertanya dengan serius, "itu pacarmu Mit?" Bahkan dia pernah membandingkan betapa jauhnya fisik saya dibandingkan seorang teman cewek lainnya. Padahal awalnya saya berteman dengannya karena kasihan padanya yang seperti tidak punya teman dan punya masalah keluarga yang berat. Tapi dia justru suka mengejek saya. Saya tidak paham mengapa dia begitu jahat. Tapi saya tidak mau mengeluarkan energi untuk marah padanya. Apapun yang membuat sedih dan marah cukup dijauhi saja. Saya pun menjauhinya tanpa perselisihan. 

Lama tak bertemu dan berkomunikasi, tiba-tiba dia...

Read More

Terlalu Serius

Tidak jarang saya mendapatkan komentar dari beberapa orang tentang betapa seriusnya saya di Twitter maupun dunia nyata. Saya selalu membahas masalah politik dan sosial. Katanya saya terlalu serius. Kadang saya mendapat nada negatif, atau nomention negatif. Beberapa menolak diajak diskusi serius karena tidak mau pusing. Katanya seharusnya hidup saya itu dinikmati, jangan serius-serius amat. Ironisnya, ada seorang teman yang juga menikmati diskusi serius masalah negara menjadi tidak pede untuk ikut berdiskusi. Katanya karena takut dapat sindiran nyinyir. Duh sayang sekali ya? Ada anak muda yang peduli permasalahan negara kok dijatuhkan mentalnya. ): Nada serupa juga sering saya dengar pada pembahasan film-film yang pakai mikir. Bagi saya, film yang pakai mikir itu asyik. Menantang dan menegangkan. Bahkan film mikir itu sering memberi pelajaran-pelajaran hidup yang berharga. Tapi banyak juga yang berkomentar sinis seperti, "mau nonton film kok pakai mikir!"  Bagi saya, tidak masalah tidak menyukai film seperti selera saya. Itu kan selera masing-masing.

Dari situ saya baru sadar, bahwa berdiskusi itu seperti nonton film. Punya selera masing-masing untuk dapat menikmatinya. Ada yang suka berdiskusi masakan, fashion, game, atau politik. Ada yang suka nonton komedi, drama, horor, atau thriller. Bagi saya, asal bisa memahami dan menikmati apa yang didiskusikan atau ditonton, pasti akan menikmatinya. Asal bisa memahami dan menikmati diskusi politik atau film pakai mikir, pasti akan menikmatinya. Jadi tidak perlu terlalu sinis atau mengejek orang yang terlalu serius, yang suka berdiskusi politik. Tak usah menjatuhkan mental mereka. Apalagi mereka yang punya kepedulian terhadap negara. Kita hanya berbeda selera saja. Tidak masalah kan? (:

My Dear Friends

Saat masalah hidup datang, kita akan tahu siapa teman sejati yang tetap tinggal untuk menemani kita. Lalu kemarin, saat sedang terpuruk, siapa teman yang meninggalkanku?

Nobody.

Semua datang memelukku, mendengarkanku, menemaniku.

Tak dapat dipercaya. Tuhan menyayangiku lewat mereka. :')

 

Terima kasih my dear friends. You guys are too good to be true.

Memaknai Rambut di Dove Sisterhood

Rambut adalah bagian terpenting dalam kecantikan. Bagaimana jika kita membayangkan ada seorang perempuan dengan kaos dan celana pendek tidak matching, kulit berkeringat, wajah tanpa make-up, dan wajah bete nggak punya duit? Pasti tidak menarik. Tapi jika rambutnya rapi, mengembang indah, terlihat mudah diatur, dan bersih, dia akan tetap terlihat menarik. Pasti. Sebaliknya, jika ada seorang perempuan dengan baju pesta cantik, kulit bersih, make-up menawan, wajah ceria, tapi rambut lepek dan terlihat kotor, pasti level menariknya turun 5 point dari 10 point. Sebagian besar perempuan sudah memahami ini sehingga mereka banyak menghabiskan uangnya untuk ke salon, merawat rambutnya atau sekedar cuci blow agar rapi dan indah. Maklumilah. :D

Namun kadang perempuan ingin melakukan hal-hal yang instant. Ingin rambutnya beda, lalu diluruskan atau diwarnai. Ingin rambutnya rapi, di-blow atau dicatok. Ingin rambutnya sehat, tapi malas merawatnya lalu hanya memakai conditioner. Perawatan dan penataan rambut yang instant tentu saja memiliki efek samping, yaitu kerusakan rambut. Pengennya jadi indah, tapi malah merusak. Kan ironis.

Minggu 5 Mei 2013 kemarin Dove dan Majalah Cosmopolitan mengadakan acara Dove Sisterhood di Jogja. Banyak perempuan dari berbagai kalangan diundang untuk hadir merayakan kepedulian kita terhadap rambut. Selain informasi tentang rambut dan perawatannya, acara ini juga memberi inspirasi dari 2 pembicara sukses yaitu Nonita Respati dan Ayu Dyah Pasha. Sebelum acara dimulai, para peserta dan tamu undangan dipersilahkan mencoba hair checkHair check ini untuk menilai bagaimana kualitas rambut kita, apakah sehat, rusak, atau mengkhawatirkan. Hasilnya? Banyak yang kaget karena ternyata rambutnya rusak. Hehehe.

 

Setelah hair check peserta dan tamu undangan dipersilahkan mengikuti talkshow bersama Nonita Respati, seorang desainer dan pengusaha dalam bidang fashion dan kuliner yang sukses dan inspiratif. Sebagai perempuan yang sukses, ia menjadi memiliki jiwa yang percaya diri. Meyakini dirinya sendiri lalu percaya bahwa dirinya bisa menjalani mimpinya dengan usaha-usahanya. Sehingga terciptalah produk fashion batik PURANA dan tempat kuliner Lesehan Mbok Ndoro.

Namun bagaimana menjadi jiwa yang percaya diri seperti Nonita? Talkshow kedua menghadirkan Ayu Dyah Pasha, seorang motivator yang sukses memotivasi kita agar selalu merasa cantik. Bahkan sebelum banyak bercerita dan memotivasi, beliau menayangkan video ini. Bikin nangis.

Video itu menunjukkan realita yang harus dipahami para perempuan. Kadang kita merasa jelek, gendut, hitam, tidak menarik. Tapi ternyata orang lain memiliki pandangan yang lebih positif tentang penampilan kita dibanding pandangan kita sendiri. Lucu ya? Menjadi jiwa yang percaya diri itu lah menjadi sangat penting untuk terlihat cantik. Kata Ayu Dyah Pasha, "kosmetik yang paling cantik adalah senyum tulus dan senyum tulus itu didapat dari jiwa yang percaya diri."

Setelah dibuat terharu, selanjutnya para peserta dan tamu undangan diberi demo mencuci rambut dan menata rambut dengan sehat. Mencuci rambut ternyata jangan digaruk dengan kuku lho. Cukup dengan bantalan jari saja. Sampo diusap di akar rambut dengan bantalan jari, dibilas, dan pastikan hingga bersih. Conditioner tidak usah diusap ke akar rambut, cukup di ujung rambut saja. Gunakan serum-serum untuk mengurangi rambut rontok atau memperbaiki rambut rusak.

Setelah merawat rambut, peserta dan tamu undangna diberi tips cara mengikalkan rambut tampa cantok dan blog panas. Cukup membutuhkan foam, hair dryer angin dingin, dan penjepit rambut aja lho. Jadi setelah rambut dikeringkan setengah kering, usapkan foam ke seluruh rambut, lalu dibari 5 ikat. Seikat rambut dipelintir lalu digulung dan diikat. Setelah semua terpelintir dan terikat, lalu diamkan beberapa menit. Saat sudah waktunya, dibuka dan jadi rambut ikal seperti dicatok! Coba deh! Selain cara mengikal tambut, ada lagi cara mengepang rambut dengan indah. Beberapa peserta baru paham, ternyata gampang banget.

Setelah acara selesai, sebagai tamu undangan, mendapatkan paket ini! Pasti langsung pengen pulang dan cepet-cepet keramas. Terima kasih Dove!

A Song for Muthia

Dunia ini terasa lebih bermakna berkat lagu. Salah satu lagu yang membuat saya tersadar adalah lagunya Sting, My Funny Friend and Me. Lagu ini original sountrack film animasi Emperor's New Groove. Sting menciptakan lagu ini persis seperti kisah film tersebut. Tentang seseorang bernama Kuzco yang menyebalkan, sombong, merasa pintar sendiri, dan akhirnya dibenci orang sekitarnya. Namun seorang kenalannya bernama Pacha tetap menemaninya, bersabar memahaminya, menghadapinya, dan mengajarinya menjadi orang yang lebih baik. Kuzco sadar kesombongannya selama ini. Ia pun merasa beruntung sekali masih memiliki Pacha sebagai teman sejatinya.

Lirik lagu Sting dari kisah ini mengingatkan saya, bahwa dulu di saat semua teman-teman saya meninggalkan saya karena kesalahan saya, ada satu yang tetap tinggal, memahami, dan mengajari saya dengan kesabarannya. Sekarang saya menjadi orang yang lebih baik berkatnya. Terima kasih Muthia, lagu ini

In the quiet time of evening When the stars assume their patterns And the day has made his journey And we wondered just what happened To the life we knew before the world changed When not a thing I held was true But you were kind to me and you reminded me That the world is not my playground There are other things that matter And when a simple needs protecting My illusions all would shatter But you stayed in my corner The only world I know was upside down And now the world and me, we know you'll carry me

You see the patterns in the big sky Those constellations look like you and I Just like the patterns in the big sky We could be lost we could refuse to try But we made it through in the dark night Would those lucky guys turn out to be But that unusual blend of my funny friend and me

I'm not as clever as I thought I was I'm not the boy I used to be because You showed me something different, you showed me something pure I always seemed so certain but I was really never sure But you stayed and you called my name When others would have walked out on a lousy game And you could've made it through But your funny friend and me

You see the patterns in the big sky Those constellations look like you and I That tiny planet in a bigger guy I don't know whether I should laugh or cry Just like the patterns in the big sky We'll be together till the end is nigh Don't know the answer or the reason why We'll stick together till the day we die If I had to do this all a second time I won't complain or make a fuss When the angels sing that that unlikely blend Are those two funny friends That's us (':

PS: Maybe this is a late birthday gift from me, but again, happy birthday!  

Panti Asuhan Bina Siwi Bantul

Saat kami datang, salah satu dari mereka lari menghampiri kami. Ia mengulurkan tangannya untuk salaman. Di balik pintu, teman-temannya mengintip, lalu memberanikan diri ikut lari mendatangi kami. Sambil tertawa lebar, mereka memberikan tangannya untuk bersalaman, mencium tangan kami, menyapa ramah. Mata mereka cerah.

Salah satu mata cerah itu, 3 tahun lalu, memiliki masa lalu yang tak begitu cerah. Namanya Muryanti. Saat ia masih duduk di taman kanak-kanak, gurunya mengeluhkan Muryanti yang selalu diam di kelas. Bahkan dicubit pun tak bereaksi, tetap diam. Sang guru curiga bahwa Muryanti adalah penyandang tuna wicara. Muryanti menjadi korban bullying oleh teman-teman sekelasnya. Ia semakin membisu. Suatu hari sang guru melaporkan ke pengurus Panti Asuhan Bina Siwi, Ibu Yanti dan Ibu Jumilah, bahwa Muryanti tidak pernah datang ke sekolah selama 3 minggu. Mendapat berita itu, Bu Yanti dan Bu Jum berinisiatif mendatangi rumah Muryanti untuk melihat kabar gadis kecil itu. Betapa kagetnya mereka bertemu Muryanti dengan tubuh penuh borok  yang bau sekali. Kepalanya pun dipenuhi dengan kutu. Muryanti diduga tidak pernah mandi. Saat itu pula mereka menemukan ibu kandung Muryanti yang memang secara mental tidak waras. Di rumah apapun yang dilakukan Muryanti selalu dilarang dan dimarahi ibunya. Biasanya Muryanti hanya diam. Tapi jika tidak tahan ia akan menitikkan air mata, tetap tanpa ekspresi. Ayah Muryanti sudah meninggalkan mereka entah kemana. Sementara nenek buyutnya hanya bisa tidur karena sudah stoke. Satu-satunya yang masih waras adalah neneknya, seorang buruh tani. Kehidupan sehari-hari mereka hanya dari hasil sang nenek memburuh.

Dengan mengandalkan motor, Bu Yanti dan Bu Jum membawa Muryanti. "Nyuwun sewu njih (maaf ya), kalo boleh jujur, maaf, tapi waktu itu sebenarnya saya jijik sekali. Baunya, maaf, bikin muntah. Tapi bagaimana lagi, kami harus tolong dia. Saya gendong dia, pangku dia di motor, lalu Bu Yanti yang membawa motornya," cerita Bu Jum. Muryanti dibawa ke puskesmas untuk mengobati boroknya. Sejak saat itu Muryanti diasuh dan dibina berbagai macam pelajaran untuk seusianya. Sekarang, 2 tahun kemudian, di hadapan saya, gadis berusia 9 tahun itu selalu tersenyum lucu. Ia tak malu memperkenalkan namanya di depan kami. Matanya cerah, wajahnya bahagia. Kata Bu Yanti, dia adalah anak yang rajin dan paling bersih jika menyapu. Ia juga jago menari maupun menyanyi. Suatu hari kami akan ditunjukkan Muryanti menari sambil menyanyi.

Lain lagi dengan Sari. Gadis berusia 25 tahun itu dahulu saat bencana Merapi terjadi, ia ketakutan sekali. Saking takutnya, ia sampai naik bus kota menjauhi rumahnya. Ia pun kesasar. Semua orang mengira dia gila. Ia selalu diusir oleh masyarakat yang melihatnya. Sampai akhirnya polisi membawanya ke Panti Bina Siwi untuk diasuh. Satu tahun berlalu, tak ada kabar dari keluarga Sari. Suatu hari tak sengaja ada yang mengenali Sari lalu melaporkan ke keluarga Sari mengenai keberadaannya. Satu bus dari desa asal Sari mendatangi panti. Mereka senang sekali Sari masih hidup dan sehat. Mereka mengira Sari sudah meninggal. Namun saat Sari hendak diajak pulang, Sari tidak mau. Mungkin karena sudah terbiasa dan banyak temannya, Sari pun hingga sekarang menetap di panti dan selalu dijenguk orang tuanya.

Sari memiliki kebiasaan unik. Jika mandi, air dalam bak mandi harus sampai habis. Bahkan sabunnya pun harus sampai habis. Kalo tidak habis dia belum mau berhenti mandi. "Padahal anak-anak lain pada mau berangkat sekolah, wah judeg (bingung) saya," cerita Bu Jum sambil tertawa. Akhirnya mereka mengakali dengan memberi satu ember air dan irisan kecil sabun mandi khusus untuk Sari. "Setiap anak itu punya karakter dan kelebihan yang berbeda-beda. Jadi kalo ada 26 anak disini, ada 26 karakter, ada 26 masalah. Kami mengakali terus," katanya penuh semangat.

Selain Muryanti dan Sari, ada 24 anak lain yang tinggal di panti. Mereka memiliki latar belakang dan permasalahan yang berbeda. Ada yang epilepsi, down syndrome, korban broken home, yatim-piatu, dll. Dengan banyaknya penghuni panti yang berusia 7 hingga 40 tahun itu, pemerintah membantu mereka dengan rutin menyumbang dana sebesar Rp. 750.000,- per tahunnya. Sumbangan sejumlah itu untuk 26 anak asuh dan ditambah 8 pengurusnya. Beruntung warga Kecamatan Pajangan Bantul sangat baik. Mereka memberikan tanah desa untuk keperluan panti. Warga pun mengumpulkan uang untuk membantu dana membangun gedung panti. Beberapa warga menyumbang batu bata, jendela, hingga keramik. Lantai gedung panti itu pun warna-warni karena berasal dari berbagai macam keramik yang berbeda. "Ini malah lucu, Kenang-kenangan bahwa ini semua dari warga desa sini," kata Bu Yanti bahagia.

Tidak hanya merawat anak belajar kehidupan sehari-hari, Bu Yanti dan Bu Jum juga merawat anak panti mereka untuk belajar mandiri. Mereka mengajari anak panti untuk menjahit, mewarnai batik, dan menjaga kios. Harapan mereka, anak-anak tidak hanya dapat mengurusi diri mereka sehari-hari, namun juga mampu mencari penghasilan. Bu Yanti semangat menunjukkan seragam hasil jahitan anak-anak. Mereka berdua juga langsung mengajak kami ke kios yang mereka bangun untuk mengajari anak-anak berdagang. Kios itu lagi-lagi di atas tanah milik desa dan sumbangan dari warga. Di belakang kios, mereka dengan bangga menunjukkan batik-batik yang sedang diwarnai dengan pewarna alami. Mereka sedang mencoba, dan jika berhasil ingin mengajari anak-anak agar turut membantu dan mencari penghasilan bersama.

Saat saya tanyai, darimana asalnya niat baik semua ini, mereka mengaku dari pendidikan yang mereka terima. Bu Yanti maupun Bu Jum adalah lulusan Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SG PLB). Setelah lulus, tahun 1999 mereka ingin merealisasikan pendidikan yang selama ini mereka terima, maka dibangunlah panti ini.  Sejak 1999 hingga sekarang, anak di panti menambah dan tak pernah berkurang. Tak ada yang mau mengadopsi anak penyandang cacat atau bermasalah. Maka mereka lah yang akan seumur hidup mengurusi anak-anak ini lahir dan batin. Saat bercerita, berulang kali Bu Jum mengatakan rasa syukurnya atas kehadiran kami dan berkali-kali mengucap terima kasih. Mereka tidak merasa, bahwa kitalah yang berhutang budi dan seharusnya berterima kasih atas segala jasanya, mendahulukan kesejahteraan orang lain, di atas dirinya sendiri. Datang, memeluk, membina, dan membesarkan anak-anak asuhnya agar percaya diri menunjukkan diri apa adanya,

Menjelang pulang, mereka masih antusias menceritakan kepada kami tentang batik-batik yang sedang mereka warnai. Mereka tidak sabar untuk mengajari anak-anak asuh mereka. Saya pun berjanji akan menuliskan panti ini di internet, agar panti mereka lebih banyak dikunjungi masyarakat, dan agar masyarakat belajar banyak dari kehidupan mereka. Mereka berbinar-binar dan berulang kali mengucap terima kasih. Tidak, seharusnya kami yang berterima kasih. Terima kasih Ibu Yanti dan Ibu Jum. The world is cruel, but you both showed us we don't have to be.

PS: Tanggal 30 November 2012 ini saya bersama teman saya Bernad Satriani akan mengunjungi panti ini lagi. Jika ada yang ingin menyumbang, baik barang maupun dana, silahkan hubungi kami di contact@dianparamita.com. Terima kasih atas segala perhatian dan bantuannya.

Update:

  • Awal Februari ini saya bersama Fanbul, Ristha, Tonny, Aik, dkk akan mengunjungi panti ini lagi. Jika ada yang ingin menyumbang, baik barang maupun dana, silahkan hubungi kami di contact@dianparamita.com. Terima kasih atas segala perhatian dan bantuannya. :)
  • Sebelum penggalangan dana, sudah terkumpul sumbangan dari beberapa teman dengan total Rp700.000,- :)

Berfikir Sebelum Menolong

Subuh ini saya dan Mbak Utied memiliki pengalaman hidup yang tak terlupakan. Saya menulis ini khusus untuk teman-teman, terutama perempuan, agar belajar dari pengalaman kami barusan. Sekitar pukul 02.00 WIB subuh, saya dan Mbak Utied pulang dari Seturan, Jogja. Mbak Utied mengendarai mobil mengantarkan saya pulang dahulu. Saat di tengah jalan, di daerah sekitar Gejayan, di kanan jalan saya melihat ada pria bule tua berbadan besar sedang mendorong seorang perempuan kecil asia menghantam mobil. Saya sangat khawatir, apalagi dada perempuan itu terbuka, padahal ada sekitar 7 laki-laki menonton mereka berkelahi. Saya meminta Mbak Utied untuk berhenti lalu membuka jendela menanyakan kepada seorang laki-laki yang sedang menontong. Saya tanyai dia apa yang sedang terjadi, dia jawab  pria bule dan perempuan asia itu sedang berkelahi. Saya dan Mbak Utied bingung, lalu keluarlah saya dari mobil. Saya mendekati pasangan itu, saya tanyai mereka, "what is going on here?" Si perempuan menjawab, "he's drunk, you know!" sambil menggeret sabuk si pria bule. Pria bule itu teriak menjawab,  "I just wanna go home!" Mereka rebutan kunci mobil, lari-lari, geret-geretan hingga celana hampir copot, uang ratusan ribu si pria bule jatuh berserakan, dada perempuan itu lagi-lagi terbuka dan tidak segera ia tutupi. Saya langsung menghampiri perempuan itu untuk membantunya menutupi dadanya. Si pria bule bilang rumahnya dekat situ sehingga dia pulang jalan kaki, sementara perempuan itu tidak mau ditinggal. Perempuan itu menarik lagi namun terjatuh hingga terluka. Si pria bule langsung pergi meninggalkannya. Perempuan itu berdiri dan memeluk saya sambil menangis dan berkata, "he's my husband, my name is Melati (bukan nama sebenarnya), please help me," dan saya jawab, "what do ou want me to do?" Berulang kali ditanyai, berulang kali ia menjawab, "he's drunk you know." Nafas perempuan itu berbau alkohol, maka kami tau dia pun mabuk.

Salah satu orang disitu yang ikut membantu meleraikan mereka -belakangan saya tau namanya Mas Nico- ternyata berhasil mendapatkan kunci mobil mereka. Mas Nico langsung naik mobil mereka, bermaksud mengantarkan Melati ke rumahnya. Saya pun ikut naik karena Melati masih menangis memeluk saya. Mbak Utied mengikuti mobil kami dari belakang. Dalam perjalanan Melati bercerita bagaimana pengorbanan dia karena sangat mencintai suaminya, bagaimana mantan istri suaminya itu sangat jahat kepada suaminya, bagaimana suaminya tidak kunjung berpisah dengan mantan istrinya. Ia curhat sambil menangis. Sesampai di rumah mereka, si bule sudah ada di rumah. Kami dibukakan pintu, memasukkan mobil mereka. Kami bingung untuk meninggalkan mereka di rumah sendirian karena kami takut si bule akan memukul Melati. Kami pun masuk garasinya.

Saat sudah di dalam, kami keluar mobil. Saya hampiri si bule dan memintanya untuk tidak memukuli dan mendorongnya lagi. Si bule sempat marah pada saya, dia mengaku tidak memukul, "that's your own judgement!" Saya salah, ternyata si bule memang tidak memukuli Melati. Sayapun meminta maaf, lalu langsung keluar, menutup pagar, meninggalkan rumah mereka. Saat kami hendak pergi, mereka teriak lagi dan terdengar suara "BUK!" lalu alarm mobil mereka hidup kencang sekali  dantidak segera dimatikan. Kami masuk lagi untuk cek, mereka hanya berdiri memandang. Saat alarm sudah berhenti, kami keluar lagi, menutup pagar. Namun Melati ikut keluar , meminta Mas Nico dan saya masuk lagi. Dia curhat lagi meminta saya membantunya untuk mengatakan kepada si pria bule, entah mengatakan apa. Saya minta dia duduk di teras ngobrol dengan si bule di depan saya. Saat sudah duduk, saya katakan pada si bule, "you were fighting on the street, so it's our business now. You're disturbing the neighborhood. So now what is the problem?" Si bule jawab, "I just wanna go home," dan lagi-lagi Melati mengulangi curhatannya. Saya katakan pada si bule untuk masuk rumah dan beristirahat, dia langsung setuju. Dia tidak terlihat mabuk, hanya malu dan bingung. Saat itu teman laki-laki saya, Arga, Iwan, dan Tommy mulai datang. Melati tidak mau masuk, dia terus-menerus curhat, dengan dada yang lagi-lagi tanpa sengaja terbuka. Saya bujuk dia untuk masuk rumah lalu istirahat. Saat kami hendak masuk, ternyata dikunci si bule. Kami mengetok pintu memanggil pembantunya dan dibukakan. Akhirnya dia masuk dan kami tinggal. Belakangan kami tahu, pasangan ini berkelahi sudah sejak 2 jam yang lalu. Warga bingung melerai karena mereka laki-laki, tidak bisa ngobrol dengan Melati. Saya dan Mbak Utied datang memang sangat tepat.

Ini sebenarnya masalah yang sepele, yaitu menolong orang. Akhirnya berjalan baik-baik saja. Saya dan Mbak Utied puas sudah bisa membantu pasangan ini. Tapi sebenarnya ini pengalaman yang jika saya ingat, saya merinding ngeri, betapa bodohnya saya. Ada banyak sekali modus baru dalam penculikan maupun pencurian. Pengalaman saya barusan adalah sebuah pelajaran besar untuk berfikir sebelum menolong. Saya dimarahi habis-habisan oleh teman-teman saya, betapa bodohnya saya menolong mereka dan mau masuk ke dalam mobil mereka. Beruntung ternyata mereka orang baik. Tapi bagaimana jika ternyata mereka bukan orang baik? Jika ternyata semua itu hanya sandiwara untuk mencuri mobil Mbak Utied atau lebih mengerikan lagi, memperkosa kami untuk dijual ke luar negeri sebagai pelacur? Saya masih ngeri membayangkan kalo ternyata tadi mereka orang jahat, menyekap saya sudah di dalam mobil mereka, mengambil mobil Mbak Utied, lalu memperkosa kami berdua. Ya Tuhan, betapa lugunya saya. Namun sujud syukur saya masih beruntung. Orang yang saya tolong bukan orang yang bermaksud memanfaatkan pertolongan saya. Saya menolong orang yang memang membutuhkan pertolongan saya.

Lalu sebenarnya apa yang sebaiknya kita lakukan jika menghadapi situasi seperti ini?

  1. Berhenti dan tentu saja menolong.
  2. Tetap kunci pintu, tidak membuka jendela, apalagi membuka pintu.
  3. Langsung menelpon orang terdekat, ceritakan kejadian, lokasi kita, nomer polisi mobil mereka, lalu menelpon polisi.
  4. Jika polisi sudah datang, baru kita pulang, tak usah ikut campur.

Saya orang yang selama ini sangat paranoid terhadap keselamatan saya dan orang yang saya cintai. Saya orang yang selalu mengingatkan teman saya hal-hal detail untuk keselamatan diri kita dari penjahat. Namun malam ini saya luput juga. Ternyata dalam situasi tertentu akal sehat kita bisa tidak bekerja karena panik. Akhirnya maksud baik justru bisa dimanfaatkan penjahat. Saya memohon teman-teman untuk menjaga diri, tetap paranoid, dan berfikir dua kali sebelum menolong orang lain. Dunia ini dari dulu hingga sekarang kejam, kita harus selalu waspada. Semoga pengalaman saya dan Mbak Utied berguna untuk kita agar waspada pada situasi apapun.

Nina's Wedding

Beberapa bulan yang lalu, di suatu restaurant kecil, sahabat saya, Nina, menceritakan tentang laki-laki yang dekat dengannya. Ia seperti bingung saat itu. Bahagia namun belum yakin. Lalu saya katakan padanya,

Umur kita bukan umur mencari pacar lagi. Umur kita umur mencari pasangan hidup. Kita tidak lagi butuh a lover, tapi juga a best friend. Sekarang tanyakan pada hatimu, apakah dia bisa menjadi your part-time-lover and full-time-best-friend?

Nina tersenyum lebar sekali sambil matanya melirik ke atas. Senyumnya yang lucu dan khas. Saya tau, itu ekspresinya yang paling bahagia.

Beberapa bulan kemudian Nina dilamar dan 24 Agustus 2012 ini Nina pun menikah. Ia menikah dengan laki-laki yang selalu ia ceritakan, laki-laki yang ia anggap sahabatnya. Namun saya tidak yakin. Tugas utama seorang sahabat adalah memastikan sahabatnya bahagia. Saya ingin pastikan Nina bahagia. Berkali-kali saya tanyakan pada teman-teman pasangan Nina, "apakah laki-laki ini baik? Dia akan baik kepada Nina kan?" Walau semua jawaban yang saya dapat positif, saya tetap tidak yakin. Saya terus berdoa untuk Nina. Bahkan saat berjalan memasuki masjid tempat akad nikah, saya masih tidak yakin. Saya sangat khawatir. Sampai akhirnya mereka resmi menikah. Saat itu dari kejauhan saya melihat mereka berdiri di tengah para tamu, bertukar cincin, saling memandang, lalu tertawa lebar. Dari kejauhan saya melihat Nina sedang bersama sahabat hidupnya. Saat itu juga hati saya lega.

Thanks God, my Nina is happy. She married her part-time-lover-full-time-bestfriend! Thank you Laksono Kurnianggoro for making my girl so happy. Wishing you both all the happiness to live and grow old together. (:

Maaf

Saya belajar dari Ashton Kucher, yang berjiwa besar meminta maaf kepada publik dan mengakui kebodohannya yang teledor mengomentari sesuatu dalam tweet-nya namun ternyata ia salah. Seseorang yang salah kadang dalam hatinya mengakui dirinya salah, namun terlalu gengsi untuk meminta maaf. Saat meminta maaf pun, orang yang berjiwa kerdil akan hanya sekedar mengucap maaf namun terasa terpaksa, tidak benar-benar meminta maaf.

Belajar dari Ashton Kucher, jika salah, meminta maaf lah segera dan tunjukkan betapa kita sangat menyesalinya dan mengakui kebodohan kita. Beberapa bulan lalu, satu tweet saya ada yang salah dan merugikan orang lain. Banyak yang protes, menyalahkan saya. Saya sempat kebingungan. Kemudian saya ingat sikap jiwa besar Ashton, maka saya praktekan. Saya meminta maaf dengan tulus dan sangat mengakui kesalahan. Tak diduga, orang-orang yang tadinya menyalahkan saya langsung memaafkan dan justru balik menghormati sikap saya. Dari kejadian itu, saya akui, maaf adalah sebuah energi yang sangat positif. Namun jika kita benar-benar memahami kesalahan kita dan ikhlas mengakuinya.

Tapi tak semua maaf semudah itu kita lakukan. Entah karena sibuk, atau kita masih belum yakin dengan kesalahan kita, atau orang lain masih belum bisa memaafkan kita. Beruntung Allah telah memberi kita waktu yang sangat spesial untuk meminta maaf dan memaafkan. Jika di dunia ini kita melakukannya bersama-sama, maka lebih mudah kan? Allah begitu cerdik, begitu baik, seharusnya kita tidak menyiakan moment berharga ini. Mari kita saling meminta maaf dan memaafkan.

Selamat idul fitri saudara-saudaraku. Sepenuh hati saya memohon maaf atas segala kata dan tindakan yang tidak berkenan.

Queen - You're My Best Friend

Ooh you make me liveWhatever this world can give to me It's you you're all I see

Ooh you're the best friend that I ever had I've been with you such a long time You're my sunshine and I want you to know That my feelings are true I really love you Oh you're my best friend

Ooh you make me live I've been wandering round But I still come back to you

In rain or shine You've stood by me girl I'm happy at home You're my best friend

Ooh you make me live Whenever this world is cruel to me I got you to help me forgive Ooh you make me live now honey Ooh you make me live

You're the first one When things turn out bad You know I'll never be lonely You're my only one And I love the things I really love the things that you do You're my best friend

I'm happy at home You're my best friend Oh you're my best friend Ooh you make me live You you're my best friend

Lagu yang terlalu indah. Sebuah ungkapan perasaan bahagia memiliki seseorang yang sudah lama hidup bersama kita, yang selalu datang paling pertama melindungi kita dari masalah, yang selalu di samping kita saat senang atau sedih, yang membuat kita tetap ingin kembali padanya walau kita sudah berpetualang jauh, yang membantu kita memaafkan dunia yang kejam, dan yang terpenting membuat kita merasa tak pernah  sendiri.

Lagu ini mengingatkan kita bahwa pasangan hidup yang paling ideal adalah dia yang bisa menjadi sahabat kita.

Late Night Happiness

Malam ini tidak biasa. Termasuk malam favorite saya. Saat saya sedang membersihkan inbox email, saya menemukan sebuah email dari adik kelas saya di FEB UGM. Dia mengaku mengetahui tentang saya dari blog dan Twitter. Email itu sudah dikirimnya sebulan yang lalu (4 Juni 2012), tapi mungkin error, sehingga saya baru tau ada email itu. ):

Cepat-cepat saya langsung membacanya karena ingin langsung membalasnya. Tapi sampai pada paragraf kedua, berkali-kali saya menitikkan air mata bahagia. Betapa bersyukurnya saya. Saya selalu seperti ini, sangat bahagia setiap ada anak muda yang datang kepada saya dan dengan antusias mengaku ingin berbuat sesuatu untuk orang lain, untuk makhluk lain! Bagaimana mungkin saya tidak bahagia? Mereka yang mempersembahkan  tenaga dan pikirannya untuk orang dan makhluk lain adalah orang yang paling saya hormati dalam hidup saya. Dan mereka masih muda! Can you believe it? Indonesia beruntung sekali!

Masih dengan perasaan bahagia saya terus membacanya sampai pada paragraf terakhir, paragraf favorite saya, dimana dia katakan,

Sesungguhnya ilmu Allah hanya akan sampai kepada mereka yang qalbun saliim, mereka yang hatinya penuh keselamatan, penuh kedamaian.

Beautiful words from a very young pretty girl. Terima kasih ya Faradilla Al-Fath, emailmu membuat malam ini indah sekali. (:

Bebas Loncat dan Berkomunikasi

Akhir-akhir ini saya jadi seperti jumper. Berpindah-pindah tempat dalam waktu yang singkat. Ke perpustakaan kampus, rapat event sosial, ke perpustakaan Bank Indonesia, bimbingan skripsi, jemput ibu, hang out, hingga ke luar kota demi mendapat data skripsi. Sambil sinting kesana-kemari itu pula sambil saya update tweets, kirim e-mail revisi skripsi, atau update postingan blog seperti ini. Sok sibuk banget, tapi itu kan kerjaannya anak muda jaman sekarang. XD
Well, saya selalu bersyukur hidup di jaman ini, jaman teknologi. Anak muda jaman sekarang sangat terpermudahkan dan bahkan makin terhibur berkat teknologi. Kapanpun dan dimanapun kita butuh teman curhat, info alamat, kirim revisi skripsi, info resep, info jurnal, download data penelitian, bertukar pikiran, hingga sekedar becanda, bisa kita lakukan berkat teknologi.
Sayangnya, karena teknologi itu tidak punya hati, kita sering dibuat kesel. Teknologi sifatnya kaku banget. Kalo pencet A harus A, kalo hang ya hang. Teknologi juga kebanyakan syarat, ya se-simple kalo belum bayar ya ga bisa melakukan apapun. Padahal sering kan kita butuh googling untuk keperluan mendesak. Seperti dulu saya pernah mau presentasi di depan kelas dan mendadak butuh berita terkini terkait presentasi saya, eh pas mau googling, ga ada pulsa. Tamat deh. Si teknologi sih bodo amat, ga mikirin keperluan kita jadi tertunda atau bahkan gagal. Hiks. Dasar teknologi nggak punya perasaan. :’(
Trus kadang rugi juga jadi konsumen yang lugu seperti saya, karena ketidakpahaman soal kuota atau paket-paketnya. Kadang ga tau gimana, tiba-tiba pulsa ludes padahal cuma dipake bentar. Atau tiba-tiba kuota ilang gitu karena barusan memperpanjang masa aktif. Ga tau gimana prosesnya, pokoknya saya rugiiii. Hiks. Walau cuma rugi 3 - 5 ribu rupiah, tapi kalo berkali-kali kan sayang juga. Duit ortu tuh. :’( Dulu sih masalah ini nggak terlalu penting bagi kelangsungan hidup saya (cih). Tapi sekarang, karena terlalu sering mobile, berarti saya betul-betul membutuhkan mobile internet. Tapi itupun saya juga butuh layanan yang manusiawi, yang punya perasaan sama saya.
Akhirnya saya mendapat info ada provider yang memungkinkan kita mengakses Kompas.com, Vivanews.com, Detik.com, Okezone.com, Kaskus.com, hingga Google.com walau pulsa sudah habis! Wow! Bahkan katanya tetap bisa membuka Facebook dan memakai eBuddy untuk keperluan messenger. Gratis dan tetap pada kecepatan yang sama. Wooooowwwww! Tentu saya jatuh hati pada penawaran itu dan mencobanya.
Nah pertama saya ingin mencoba efek memperpanjang paket. Awalnya saya mencoba paket untuk 6 bulan ke depan. Setelah dipakai, saya perpanjang paket dengan menambah paket 12 bulan. Ternyata sisa paket 6 bulan yang masih ada itu tetap ditambahkan dengan paket tambahan 12 bulannya. Paket masa aktif terakumulasi, jadi paket sisa tidak mubazir. Yayyy!
Lalu setelah pulsa saya habis, (ini yang saya tunggu-tunggu) langsung saya coba Kompas.com, Vivanews.com, Detik.com, Okezone.com, Kaskus.com, Google.com, Facebook bisa diakses nggak. Dan jrengggg... Tanpa pulsa situs-situs tersebut tetap bisa diakses asal masa pakai internet kita masih berlaku. Dan benar, kecepatan mengaksesnya masih full speed. :O Jadi kalo ga punya duit beli pulsa, ya masih bisa terhibur baca-baca berita di Kompas, Kaskus, Vivanews, Facebook-an, transfer di KlikBCA.com, atau messenger-an lewat e-Buddy! Hohoho.
Dari murah, tak kehilangan kuota paket, sampai bisa akses situs penting full speed tanpa pulsa. Hmmm, I was wrong. Teknologi ada juga yang punya perasaan. Kegiatan sinting saya yang loncat kesana-kemari semakin bebas dan sesuai kebutuhan. Kebebasan tanpa syarat itu adalah PakeTri Always On.

Siapa Sahabatmu?

Dari seluruh temanmu, siapakah yang benar-benar sahabatmu? Apa bedanya teman dengan sahabat? Apa yang membuat seseorang di dalam hidup kita lebih spesial dari teman lain? Saya sempat bingung menjawab semua itu. Tapi kemarin, jawaban itu tiba-tiba muncul saat saya sedang menonton TV dan menemukan Viola Davis dalam wawancaranya berkata,

Teman adalah dia yang menghargai passionmu, mimpimu, dan berkata, "you know what, let's make that happen."

Saya terharu mendengarnya. Davis benar. Sahabat adalah mereka yang sangat mengenali kita, mimpi-mimpi kita, sehingga dia dapat memahaminya, menghargainya, bahkan ingin membantu kita mencapainya. Now I know who are my best friends.

Harapanku

Hari ini saya berubah jadi cewek berumur 24 tahun. Apa yang kurang? Tak ada. Saya sampai tak berani meminta apapun kepada-Nya, yang selalu mencintai saya. Saya hanya berharap saya bisa selalu bahagia dan membahagiakan seumur hidup saya. Amin.

PS: Terima kasih semua yang sudah memberikan ucapan. Saya sangat menikmati mendapatkan segala ucapan dan doa ulang tahun. Bagi saya itu sebuah hadiah yang luar biasa membahagiakan. Terima kasih...

Tampilan Baru Yay!

Inilah tampilan baru blog saya. Saya hanya mengubah header, font, menambahi english version, dan menambahi tampilan list projects saya di kolom kanan. Semoga lebih enak dipandang dan lebih lengkap. Terima kasih Bernad, yang sudah mau saya culik untuk mengerjakannya. XOXO!